Kasus 3 - Penyelidikan Kesepian

           Masih di sore yang sama, Haris kembali ke rumahnya dengan wajah yang murung setelah memecahkan kasus pembunuhan teman sekaligus tetangganya, Riza.

“Ada yang aneh dengannya,” ucap Aipda Firdaus.

“Bisa saja itu hanya perasaanmu,” sahut Bripka Faisal.

 “Jam patroli kita sudah berakhir dan sebentar lagi akan ada yang menggantikan.” Aipda Firdaus melihat jam tangannya. “Aku akan mengikutinya karena yakin rumahnya dekat.”

***

Haris mengambil remot kemudian duduk di sofa yang terlihat sudah cukup usang itu. Dia menyalakan televisi dan pindah ke saluran favoritnya. “Akhirnya! Yang ditunggu-tunggu datang juga. Episode terbaru!” Semangat Haris kembali dengan cepat.

Tok tok tok. Pintu rumah Haris diketuk.

“Silakan masuk!” ucap Haris yang bahkan tidak berdiri dari tempatnya. Dia terkejut karena itu Aipda Firdaus. Aipda Firdaus hanya tersenyum melihat tontonan Haris.

“Tunggu dulu, ini juga acara kesukaanku,” kata Bripka Faisal. “Susah loh, aku ikut menebak pelakunya malah sering salah.”

“Silakan duduk,” ucap Haris sambil bergeser dari tempat duduknya. Bripka Faisal memilih duduk namun Aipda Firdaus tetap berdiri.

Mereka bertiga menonton acara itu. Episode di hari itu bercerita tentang dua orang siswa berkunjung ke rumah maneken lilin. Korban adalah anak dari pemilik rumah itu sendiri. Dia ditemukan terbunuh dengan keadaan tergantung di kamarnya.

“Aku menaruh kecurigaan kepada Wawan, satpam rumah itu. Bagaimana mungkin dia tahu pembunuhan terjadi?” Faisal mencoba menebak pelaku.

“Aku malah mencurigai Tri. Dia dari tadi sudah ada di sana,” sahut Haris. “Bagaimana dengan dugaan Anda, Pak Firdaus?” Firdaus hanya tertawa kecil.

Episode itu berakhir namun disambung dengan episode selanjutnya. “Edisi maraton?” tanya Haris kaget karena tidak menyangkanya. “Bukannya biasanya hanya satu episode tiap pekannya?”

Episode berikutnya terlihat lebih sadis. Manunggal, anak pertama Rina dibunuh di salah satu ruangan. Efek hitam putih memenuhi layar televisi ketika kepala Manunggal terlepas dan berguling mendekati kamera.

 “Bayangkan kamu berdiri tepat di depan tempat kejadian,” komentar Aipda Firdaus.

“Mengerikan,” sahut Bripka Faisal dengan polosnya. Episode itu hampir selesai.“Aku tetap berpendapat bahwa pelakunya adalah Wawan. Dengan jelas kita melihat siapa melakukan pembunuhan itu.”

“Aku juga tetap berpendapat bahwa pelakunya adalah Tri,” ucap Haris. “Wajahnya yang lembab itu bisa saja setelah dia memasang kepala wajah maneken itu.”

“Jangan berdebat, sebentar lagi pelaku akan ditunjukkan,” kata Aipda Firdaus menengahi sambil tersenyum. Salah satu dari dua pelajar yang menjadi tokoh utama acara itu memberitahukan siapa pelakunya. Jawabannya adalah Tri.

“Wah, tidak kusangka dugaanku benar,” ucap Haris.

“Baiklah, aku kalah di sini,” sahut Bripka Faisal.

“Jangan bersedih. Di dunia ini, kamu bisa menangkap mereka dengan pekerjaanmu yang sekarang.” Suasana hening sesaat.

Aipda Firdaus membuka topik baru. “Jadi, sekarang kamu sendirian di rumah?” Haris hanya diam, sampai ponselnya yang terletak di meja belajar berdering. Firdaus mengintip sebentar dan melihat ada dua buku di atas meja belajar itu juga laptop. Salah satunya dia kenal. “Untuk apa buku itu?” gumam Aipda Firdaus.

Aipda Firdaus kemudian melihat jam tangannya. “Faisal, mari kita pulang,” ucap Aipda Firdaus. “Lagipula acaranya sudah selesai.” Aipda Firdaus dan Bripka Faisal keluar dari rumah Haris, menaiki mobil dan pergi.

Akhir dari Kasus 3

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.